Rabu, 20 Januari 2016

CERPEN : Dari Sahabat, Jadi Cinta

Standard
Hai, aku Rafi. Udah lama gak ketemu di blog ini. Hari ini adalah hari pertama aku ke lab TIK di semester kedua.. Dan juga sekarang disuruh buat satu postingan. Aku akan memosting cerpen kakakku lagi. Kalau cerpenku masih loading alias masih dalam perjalanan... Perrjalanan ini...  Weh, kok malah nyanyi.. Ya udah langsung sikat aja... Silakan.... Judulnya, brumbrumbrumbrum... Dari Sahabat, Jadi Cinta.. Ciecie.. iapa yang pernah kayak gitu... Hayoo.. Ngaku.... Kalau ada, komentar dibawah ya.... Oke, Cek-i-dot....

“ DARI SAHABAT JADI CINTA “
KARYA : ALYA DEMARA ASHILA
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Itu yang dunia lakukan setiap waktu. Seiring dengan berjalannya waktu, persahabatan dapat juga berganti dengan yang namanya CINTA. Itu yang pernah aku rasakan saat aku masih duduk dibangku SMP.
              Perkenalkan, namaku Kayla. Aku tinggal di Bogor, Jawa Barat. Aku memiliki seorang teman sejati. Dia adalah Indra. Indra adalah temanku sejak kecil. Dulu aku selalu main ke rumah Indra. Bahkan, aku sering tidak mau diajak pulang ke rumah karena ingin bermain dengan Indra. Hihihi... jika kuingat-ingat lagi masa itu, mungkin aku hanya bisa tertawa kecil.
              Saat masih di bangku kelas 4 SD, Indra pindah ke Jakarta. Saat itu, aku tengah sekolah. Di sekolah, aku tidak melihat ada Indra di kelas. Bel pun berbunyi. Aku pun segera masuk kelas. Tiba-tiba, wali kelas kami datang.
“ Mohon perhatian anak-anak. Ibu minta waktu kalian sebentar untuk memberikan pengumuman”
Kami pun duduk di kursi kami masing-masing, dan kelas mulai hening..
“ Ibu ingin memberikan pengumuman tentang teman kalian Indra. Dia sudah tidak sekolah disini lagi karena dia pindah ke Jakarta.”
Aku yang mendengarnya langsung kaget. Lalu aku pun melontarkan sebuah pertanyaan kepada Wali kelasku....
” Bu, kenapa Indra pindah? Kenapa dia tidak pamitan dulu kesini,bu ? “
“ Kayla, Indra pindah karena ikut ayahnya yang ada pekerjaan disana. Dan pekerjaan ayahnya itu cukup lama.”
Aku pun hanya diam. Tak melontarkan pertanyaan lain...
              Jam pulang sekolah tiba. Aku segera pulang. Biasanya aku pulang bersama Indra dengan berjalan kaki karena sekolah kami tidak jauh dari rumah. Sampai di rumah, aku lari ke dalam kamar dan menangis. Ibuku bingung melihat aku menangis. Akhirnya, ibu pun menyusulku ke kamar.
“ Kayla, kenapa kamu menangis? “
“ Indra bu...Indra pindah ke Jakarta.”
“ Jadi, Cuma karena itu kamu menangis? “
“ Iya bu... “
“ Kayla, Indra kan pergi karena ayahnya ada urusan di Jakarta. Nanti kalo urusan ayahnya sudah selesai, pasti Indra balik lagi ke Bogor. Udah jangan nangis lagi ya? “
“ Iyaa bu”
Sejak saat itu aku hanya terus berharap Indra akan datang lagi ke Bogor.
              Tahun berganti tahun. Saat ini aku duduk di bangku kelas 3 SMP. Aku semakin dewasa. 5 tahun, aku menunggu Indra kembali ke Bogor. Selama 5 tahun itu pula, aku tak pernah mendapatkan kabar dari Indra. Hingga akhirnya...
“ Kayla.. Kayla... Kayla “ teriak Kakakku.
“ Ihh kakak, cerewet banget sih. Gausah teriak dong. Aku kan enggak budek. Ada apa sih? “ omelku kepada kakakku
“ Yeee... maaf deh. Ini nih ada surat buat kamu.”
“ Surat? Buat aku? Dari siapa kak? “
“ Dari temen cowok kamu yang selama ini kamu tunggu. Si Indra”
“ AAAA .... INDRA KAK ? Asyikkk.” Kataku sambil menyaut surat dari tangan kakakku
“ Seneng banget kamu ini.”
              Aku pun masuk ke dalam kamar. Lalu segera membuka surat itu. Ini isi suratnya
Dear, Kayla
Hay Kayla. Apa kabar? Semoga baik-baik aja ya J , aku disini baik-baik.
Aku mau minta maaf dulu aku gak sempet pamitan sama kamu, karena waktu itu aku buru-buru. Oh iya, minggu ini aku bakalan pulang ke Bogor. Pekerjaan ayahku udah selesai dan akan pindah lagi ke Bogor.
Demikian surat dariku. Sampai jumpa di Bogor ya?
Salam hangat
Indra
              3 hari setelah aku menerima surat itu, Indra kembali ke Bogor. Aku pangling dengan Indra. Sekarang Indra kurus, tinggi, dan cakep. Gak kayak dulu, dia gemuk, pendek, jelek. Indra datang kerumahku membawakan oleh-oleh. Lalu Indra mengajakku jalan-jalan. Seharian itu, aku menghabiskan waktu bersama Indra.
              Esok harinya, aku masuk sekolah dengan Indra. Indra pindah ke sekolah yang sama denganku. Di sekolah,aku selalu dekat dengan Indra. Jam pulang sekolah berbunyi. Aku dan Indra pulang bersama mengendarai sepeda motor. Indra mengantarku sampai rumah. sebelum pulang, dia berkata...
“ Kayla, nanti kita belajar bareng yuk? “ kata Indra
“ Boleh, ndra. Dimana? “ balasku
“ emmmm, di rumahmu aja gimana? “ tanya Indra
“ boleh..boleh” kataku
“oke deh, sampai jumpa nanti. “ kata Indra
“ iyaa”
              Sore harinya, aku dan Indra belajar bersama. Tiba-tiba,
“ Kayla, boleh gak aku bilang sesuatu sama kamu? “
“ Apa ndra? “
“ Sebenarnya udah lama aku pengen bilang ini sama kamu. “
“ mau ngomong apa sih ndra? Kok jadi mellow gitu?”
“ aku mau bilang kalo aku suka kamu. Kayla, kamu mau enggak jadi pacarku? “
“ hmm, ndra. Sebenarnya aku juga suka sama kamu. Iyaa aku mau.”
“ Makasih ya, Kay. Aku janji kita bakalan tetep jadi temen SELAMANYA. “
“ Iyaa, ndra. “


Rabu, 06 Januari 2016

ARTIKEL : Waktu yang Efektif untuk Belajar

Standard
Okay, sekarang waktunya untuk saya, Wahyu, untuk berbagi informasi kepada kalian semua. Informasi kali ini cocok bagi orang yang akan menjalani ulangan, UN atau semacamnya.
Waktu yang efektif untuk belajar, sebaiknya dilakukan pada malam hari menjelang tidur. Isilah pikiran dengan jalan bahan pelajaran yang dipelajari. Kemudian, istirahatlah.
Pada pagi harinya, bahan yang dipelajari diulang kembali, sehingga mudah diingatnya.
          Keuntugan dan kelemahan waktu-waktu untuk belajar yaitu :
1.     Pagi Hari
Di pagi hari, otak kita masih segar dan masih bersih, sehingga bahan pelajaran yang kita pelajari mudah masuk dan dipahami. Tetapi, setelah kita mempelajari bahan pelajaran yang otak pelajari kemudian dijejali berbagai macam persoalan  sehingga bahan yang dipelajari tidak tahan lama.
2.     Siang Hari
Pada siang hari, bahan pelajaran yang kita pelajari masih ingat karena di sekolah itu baru saja mempelajari bahan pelajaran tersebut sehinga mudah dipelajari. Karena otak lemah, digunakan dari pagi dan hampir tidak bisa istirahat, jadi, bahan pelajaran akan mudah lupa.
          Jadi, waktu yang efektif  untuk belajar yaitu pada malam hari kemudian diulang pada pagi hari untuk menguatkan bahan pelajaran yang dipelajari. Okay, saya punya pantun untuk menutup artikel ini,
Burung dara burung cendrawasih
Sekian dan terimakasih.
Salam Rakariwa,


MaturThankyou… 

CERPEN : Pelangi Yang Telah Hilang

Standard
Okay, untuk pertama kalinya 4RakaRiwa ngepost disini. Sekarang, saya, Rafi, akan mengepost sebuah cerpen yang dibuat oleh kakak saya. Saya hanya menemukan cerpen ini di laptop, dari pada nganggur mendingan saya post saja.. Hehehe… Semoga kalian suka…
Pelangi Yang Telah Hilang
Oleh : Alya Demara Ashila
Angin semilir datang menghapus segala rasa tak enak dihati.Segala rasa yang kurasa telah ikut memecah keadaan hati yang saat ini sedang bertarung. Namun, alunan melodi dari piano telah sedikit menenangkan hati yang tak pernah berhenti memberontak.
            Rindu….. Satu kata yang tak pernah terucap, satu kata yang hanya bisa diam termenung dalam hati, menyiksa hati, menyiksa batin. Rindu….. seakan memberontak ingin segera keluar dari hati yang cukup gelap untuk ditempati, untuk mencari tempat yang cukup terang untuk ditempati. Rindu…. Satu kata yang cukup membuat batinku tersiksa selama ini. Beginikah rasanya merindu? Ya, rindu yang tak pernah tersampaikan sampai akhirnya…..dia pergi.
            Ashila Nadya, begitulah mereka mengenalku. Banyak orang yang mengenalku berkata bahwa aku adalah sesosok wanita yang baik hati dalam artian selalu ada waktu disaat orang lain mengacuhkan mereka yang kesusahan. Mereka juga berkata bahwa aku adalah wanita yang cukup kuat. Ya, cukup kuat menahan rasa sakit hati, kesedihan, terutama sabar menahan rasa rindu pada seseorang.
Aku memiliki satu orang sahabat dekat, sebut saja dia Nadia. Aku dan Nadia sangatlah dekat. Kami sudah bersahabat sejak duduk di bangku SD. Saat SMP, aku dan Nadia bersekolah disekolah yang berbeda, tetapi itu tidak membuat kami berjauhan dan bermusuhan. Kami selalu bermain bersama, belajar bersama, dan melakukan hal yang sama bersama-sama. Kebiasaan yang selalu kami lakukan adalah bermain piano. Setiap sore, aku dan Nadia selalu belajar memainkan piano. Kami mempelajarinya bersama dengan melihat cara bermain piano dengan benar lewat Youtube.
Sekarang, aku sudah mengganti seragam putih biruku dengan seragam putih abu-abu, yang menandakan bahwa aku adalah siswa SMA. Tahun ajaran baru di sekolah yang baru sangat menyenangkan bagiku apalagi Nadia dan aku berada disekolah yang sama dan satu kelas. Tentu saja aku menyukai tahun pertama SMAku.
Hari ini adalah hari Senin. Hari itu adalah upacara bendera yang kesekian diSMA. Pagi itu, aku bangun kesiangan. Ditambah lagi seragamku ternyata belum ku siapkan sama sekali. Bodohnya aku, kenapa tidak ku persiapkan sejak semalam? Akhirnya, aku bergegas mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi. Setelah mandi, aku memakai seragamku yang belum ku setrika sama sekali. Aku pun bergegas untuk pergi ke sekolah karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.40 yang artinya aku sudah hampir terlambat. Dan benar saja, gerbang sekolah sudah tertutup saat aku sampai disana. Upacara bendera sudah dimulai. Aku pun meminta tolong pak satpam untuk membuka gerbangnya, tapi tidak diperbolehkan. Akhirnya, aku hanya menunggu diluar gerbang.
Waktu menunjukkan pukul 07.40 saat upacara bendera selesai., Pak satpam pun membuka gerbang.
“Makanya, neng. Jangan telat masuk sekolah”, kata pak satpam.
“Ah, si bapak cerewet pisan euy. Saya maunya juga enggak telat. Yaudah atuh, pak. Saya masuk dulu ya?”, kataku sambil berlari menuju kelas.
Pak satpam pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Aku berlari menuju kelas. Sesampainya didepan kelas, aku melihat sudah ada guru didalam. Akhirnya, aku mengetuk pintu lalu membuka pintunya.
“Asalamualaikum. Selamat pagi, pak. Maaf saya terlambat masuk kelas”, ujarku.
“Iya tidak apa-apa. Tapi tolong sekarang kamu ke ruang TU untuk meminta surat ijin masuk kelas ya?”, kata pak guru.
Akhirnya aku keluar kelas dan berlari menuju ruang TU. Setelah mendapatkan surat ijin masuk kelas, aku pun masuk kelas dan mulai mengikuti pelajaran. Baru saja aku duduk dibangkuku, di mejaku sudah ada sebuah tulisan yang intinya mengejekku karena telat masuk sekolah. Ya, dan aku tau itu siapa, Nadia. Saat jam istirahat, aku menghampiri Nadia.
“Wah, parah kamu. Temennya telat malah dikasih beginian”, ujarku.
“Hahaha…Maaf deh maaf. Lagian kamu pake acara telat segala. Emangnya kenapa kok bisa telat?”, tanya Nadia.
“Iya, nih. Tadi pagi telat bangun soalnya. Mama juga enggak bangunin aku lagi”, jawabku.
“Mama kamu itu enggak salah. Kamu ‘tuh yang salah. Udah gede masih minta dibangunin? Mandiri dong, Shil”, kata Nadia.
Ya, sahabatku ini memang paling perhatian, baik, selalu menasehati kalau aku salah, dan selalu buat aku jadi pribadi yang lebih baik. Dan sikapnya yang seperti itulah yang membuat aku sangat senang bisa memiliki sahabat sepertinya. Namun, persahabatan kami tidak semulus yang dibayangkan.
Persahabatanku dengan Nadia menghadapi sebuah masalah. Dan masalah itu membuat hubungan persahabatan kami menjadi renggang. Aku benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi. Tiba-tiba saja Nadia menjauhi aku dan seperti tidak mau mengenal aku lagi. Sikapnya dingin, tatapannya tak sehangat dulu, dia cuek dengan keberadaanku. Kebiasaan yang dari dulu selalu kita lakukan bersama, sekarang tak ada lagi. Aku berusaha mendekati Nadia dan bertanya kenapa dia bersikap seperti itu. Tetapi, Nadia tidak pernah mau menjawab dan hanya menjauhi aku. Aku merasa sedih dengan hal itu. Akhirnya, aku membiarkan Nadia seperti itu. Dan aku sama sekali tidak mau meminta maaf karena aku tidak tahu apa salahku. Lama kelamaan, aku merasa kesal dengan sikap Nadia yang seperti itu. Aku benar-benar sudah tidak mengenal Nadia yang dulu. Nadia, sahabatku yang baik, pengertian, perhatian itu sudah berubah menjadi musuh yang tidak aku ketahui apa sebabnya. Sikapnya yang baik berubah menjadi sekeras batu, perhatiannya yang hangat berubah menjadi sedingin es. Dan kali ini, aku pasrah dengan hubungan persahabatanku yang telah berubah menjadi permusuhan. Pelangi yang dulu selalu hadir setelah hujan, kini tiada pernah menampakkan dirinya lagi.